Fakta Sejarah Awal Berdirinya SD Inpres Fatukoa, Kota Kupang

oleh -766 Dilihat

Mutiara IndoTv, Kota Kupang – NTT. Suatu kehidupan di bumi dan berdirinya sebuah bangunan, tidak terlepas dari sejarah awal berdirinya, karena semua yang terjadi ada sejarah nya. Seperti hal nya Sekolah Dasar Inpres Fatukoa yang sampai dengan sekarang ini, masih berdiri dengan kokohnya dan sudah terbukti pula mengasah kemampuan dan pemikiran orang – orang yang berada disekitar wilayah kelurahan Fatukoa sejak berdirinya.

Didirikan semenjak tahun 1952 yang terletak di wilayah Rt. 01/Rw. 01 kelurahan Fatukoa kecamatan Maulafa kota Kupang, kini Sekolah Dasar Inpres Fatukoa sudah genap berumur yang ke enam puluh enam tahun.

Berdasarkan cerita Berthimeos Asanab (Alm) salah seorang tertua Adat yang sekarang  sudah tiada, namun ia merupakan saksi mata pada saat didirikannya waktu itu.

Ia mengatakan, semenjak Negara republik Indonesia merdeka pada 17 agustus 1945, di kelurahan Fatukoa belum mengenal pendidikan.

“Saat Negara merdeka pada waktu itu, kami belum mengenal pendidikan pada saat itu, apa lagi sekolah”. Katanya saat di wawancarai. Jumat, (16/03/2018).

Dia menjelaskan saat itu di wilayah kota kupang merupakan daerah kerajaan, yang rajanya saat itu Alfonsus Nisnoni.

“Jadi pada tahun 1952, raja Alfonsus Nisnoni berpikir bagaimana caranya agar bisa mengatasi dan juga membuat rakyat yang berada di wilayah Fatukoa bisa mengenal pendidikan. Akhirnya raja memanggil dan mengumpulkan para tamuku (Ketua dat) dari masing-masing kampung yang ada di wilayah Fatukoa untuk memerintahkan agar secepatnya membuat salah satu bangunan yang akan di pakai untuk belajar”. Tuturnya.

Ia menuturkan para tamuku (Ketua Adat), yang di panggil raja pada saat itu adalah tamuku dari wilayah pusat fatukoa, tamuku Naioni, tamuku Bello, dan tamuku Petu.

“Jadi, setelah semuanya sudah berkumpul pada saat itu, dan saling bertukar pikiran akhirnya raja dan para tamuku bersepakat untuk membangun salah satu bangunan agar bisa menjadi tempat mengenyam pendidikan. Raja hanya memanggil ke lima tamuku ini karena para tamuku tersebut orang – orang yang sudah berpengalaman dalam mengenyam pendidikan di sekolah – sekolah belanda saat penjajahan”. Jelasnya.

“Mereka bersepakat pada waktu itu untuk mendirikan bangunan yang akan di pakai untuk belajar di tengah – tengah wilayah ke lima tamuku tersebut agar semuanya bisa terjangkau”. Lanjutnya.

Ia pun mengatakan saat itu para tamuku memerintahkan seluruh rakyatnya masing – masing untuk segera mengumpulkan bahan agar secepatnya membuat bangunan sekolah tersebut yang sudah di sepakati bersama Raja.

“Rakyat dari masing – masing tamuku pun membawa berbagai material seperti kayu, batu, daun alang – alang, din ding dan di kumpulkan di wilayah tamuku Fatukoa,” katanya.

Ia mengatakan alasan di bangun di wilayah tamuku Fatukoa, karena di tamuku fatukoa yang letaknya berada di tengah – tengah wilayah tamuku tersebut.

“Di buat di wilayah fatukoa karena letaknya berada di tengah – tengah, Setelah berhari – hari membuat bangunan tersebut secara bergotong royong. Akhirnya bangunan pun berhasil di buat dan hanya sederhana layaknya rumah tinggal”, jelasnya.

“Raja memerintahkan pada para tamuku waktu itu, agar tiap – tiap tamuku dan rakyatnya hanya berhak mendaftarkan sepuluh orang anak saja karena keterbatasan ruangan pada saat itu”.

Lanjutnya saat mereka mendaftarkan anak – anak mereka, jarak dari tamuku Bello, tamuku Petu, tamuku Naioni, jaraknya lumayan jauh dan juga rakyat saat itu belum bersemangat untuk sekolah. Akhirnya rakyat dari tamuku wilayah Fatukoa yang memenuhi target karena berada dalam wilayah mereka.

“Bangunan sekolah sangat sederhana, jadi saat itu semua siswa yang ada di ajari oleh salah seorang Guru pertama kali yang berasal dari pulau Alor” jelasnya.

Dia menuturkan, di tahun 1953 setelah satu tahun lamanya berjalan belum juga ada tambahan Guru, tapi murid semakin bertambah banyak.

“Hal ini membuat Raja menyuruh para Tamuku untuk segera mencari Guru, akhirnya tamuku dari wilayah petu yang. Berhasil mendapatkan salah satu Guru dari wilayahnya yang bernama Nimrot Tetebaki”. Tuturnya.

Saat Nimrot Tetebaki masuk dan mengajar saat itu pun Raja menugaskannya untuk bisa mencari tambahan Guru karena siswa selalu bertambah.

“Sesudah raja menyuruh Nimrot tetebaki mencari Guru, maka ia pun berhasil mendapatkan dua orang Guru, salah satunya bernama Thobias Nenot’ek” jelasnya.

Dia menambahkan, di pertengahan tahun 1953, mendapati lagi salah seorang Guru yang bernama Thofilus Nenoliu.

“Tapi walau sudah ada penambahan beberapa Guru, namun belum mampu mengatasi begitu banyak siswa yang ada karena haus akan ilmu. Akhirnya di tahun 1954, masuk lagi dua orang Guru yang bernama Malehere dan Mutu. Dari sejarah inilah terbentuknya Sekolah Dasar Inpres Fatukoa hingga berdiri saat ini dan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik,” tuturnya. (Yapi Manuleus)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.